PT Angkasa Pura II Kembangkan Bandara Soekarno-Hatta Jadi Destinasi Wisata dan Seni Budaya di Indonesia
*Jakarta* – Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu Pintu Gerbang Utama Indonesia dalam menyambut kedatangan wisawatan mancanegara.
Pada 2019, jumlah wisman yang masuk melalui Soekarno-Hatta sebanyak 3,52 juta wisman dan diprediksi akan meningkat sekitar 13,6% pada tahun ini menjadi 4 juta wisman.
Menyusul hal tersebut, PT Angkasa Pura II (Persero) berkomitmen untuk selalu dapat memberi kesan yang baik kepada wisman ketika mereka tiba dan berangkat kembali ke negara asal.
Namun tidak hanya itu, Bandara Soekarno-Hatta juga diposisikan sebagai destinasi wisata dan seni budaya dengan menyinergikan aspek seni, budaya dan pariwisata (art, culture & tourism) sebagai konsep pengembangan layanan serta fasilitas bandara.
Hal ini sejalan dengan ide Menteri BUMN Erick Thohir yang pernah disampaikan kepada President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin.
"Supaya bandara bisa mendukung pariwisata maka harus ada unsur art, culture & tourism," jelas Menteri BUMN.
Adapun konsep art, culture & tourism tersebut juga dipadukan dengan layanan berbasis digitalisasi yang kini sudah tersedia di Bandara Soekarno-Hatta.
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan tujuan pengembangan berkonsep art, culture & tourism adalah supaya Bandara Soekarno-Hatta dapat menjadi salah satu destinasi yang berkesan bagi para wisatawan mancanegara.
“Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah Pintu Gerbang Utama Indonesia dan harus menjadi destinasi yang berkesan bagi wisatawan mancanegara dan domestik. Salah satu upaya kami adalah dengan menyinergikan aspek art, culture & tourism yang dipadukan juga dengan digitalisasi.”
“Melalui konsep tersebut maka Bandara Soekarno-Hatta menjadi salah satu icon dalam memperkenalkan berbagai kekayaan seni, kebudayaan dan pariwisata yang ada di nusantara. Jadi ketika wisatawan mancanegara tiba di Bandara Soekarno-Hatta, mereka sudah merasakan ambience pariwisata di Indonesia,” ungkap Muhammad Awaluddin.
*Aspek Seni (Art)*
Adapun aspek seni (art) yang dikembangkan di Soekarno-Hatta adalah dengan memperkenalkan berbagai hasil karya seni patung, lukisan dan instalasi seni dari seniman ternama di negeri ini, misalnya Nyoman Nuarta, Eko Nugroho, Erica Hestu Wahyuni, Nasirun dan lain-lain.
Terminal 3 menjadi lokasi yang banyak menampilkan karya seni ini seperti di area check in, area boarding lounge, hingga area kedatangan dan area pengambilan bagasi.
Namun, karya seni tidak terbatas di terminal penumpang pesawat saja. Di pintu masuk area Bandara Soekarno-Hatta juga terdapat Patung Gerbang Garuda yang ikonik, karya dari I Nyoman Nuarta.
“Sehingga mulai dari wisatawan mancanegara tiba hingga nanti terbang kembali ke negaranya, mereka akan melihat karya seni di sepanjang alur ketibaan dan keberangkatan di Terminal 3. Saat ini penerbangan rute internasional di Bandara Soekarno-Hatta memang difokuskan di Terminal 3,” ujar Muhammad Awaluddin.
*Aspek Budaya (Culture)*
Sementara itu terkait dengan aspek budaya (culture), Terminal 3 secara rutin setiap pekannya menampilkan Parade Budaya dari sejumlah provinsi di Indonesia seperti Gong Mandau dari Kalimantan Barat, Tari Saman dari Aceh, Ondel Ondel dari Jakarta, hingga Reog Ponorogo khas Jawa Tengah.
Melalui penampilan parade secara rutin, warisan budaya nusantara ini bisa semakin dicintai masyarakat dan dikenal lebih luas oleh wisatawan mancanegara.
*Aspek Pariwisata (Tourism)*
Terkait dengan aspek tourism, Bandara Soekarno-Hatta menciptakan ekosistem guna mendukung pariwisata melalui sinergi dengan pemangku kepentingan lainnya.
Bandara Soekarno-Hatta juga akan menjadi destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara dan juga domestik, tidak sekedar tempat datang dan berangkat penumpang pesawat saja.
Untuk itu, kami mengembangkan suatu kawasan guna memenuhi kebutuhan wisatawan. Di Bandara Soekarno-Hatta saat ini tengah dibangun integrated building di mana di dalamnya terdapat hotel, convention room, lifestyle retail, yang akan menjadi satu dengan bangunan Stasiun Kereta Bandara, serta Shelter bus, taksi dan Shelter Skytrain.
Adapun berbagai layanan dan konsep ini juga mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.
“Jadi memang airport itu adalah gerbang pertama untuk menerima kunjungan wisatawan, ambience yang dihadirkan di sini sangat menarik, ada tarian-tarian juga yang dihadirkan. Sehingga memberikan pengalaman yang positif bagi wisatawan. Experience itu juga bagian dari wisata,” ujarnya.
Muhammad Awaluddin mengatakan ke depannya ketiga aspek yaitu art, culture & tourism pastinya dikembangkan kembali agar customer experience semakin meningkat dan semakin berkesan bagi wisatawan.
Menyusul hal tersebut, PT Angkasa Pura II akan melakukan benchmark ke beberapa bandara di luar negeri seperti misalnya Bandara Incheon di Seoul (Korea Selatan), Haneda di Tokyo (Jepang) dan Hamad di Doha (Qatar).
Incheon beberapa kali meraih gelar Airport of The Year dari Skytrax serta menjadi World’s Best Transit Airport pada 2019. Sementara itu Haneda, menurut Skytrax, memiliki peran penting dalam mendukung Jepang sebagai negara yang berbasis pariwisata.
Sedangkan Hamad berdasarkan Skytrax merupakan bandara yang memiliki terminal penumpang pesawat dengan arsitektur terbaik.
“Melalui kekayaan seni dan budaya di Indonesia kemudian dipadukan dengan layanan berbasis digitalisasi serta benchmark di bandara-bandara kelas dunia lainnya, kami optimistis Bandara International Soekarno-Hatta dapat optimal dan maksimal berperan sebagai Pintu Gerbang Utama Indonesia dan destinasi wisata yang berkesan bagi wisatawan mancanegara,” jelas Muhammad Awaluddin.
Bandara Soekarno-Hatta saat ini total melayani 98 rute penerbangan yang terdiri dari 50 penerbangan rute domestik dan 48 rute penerbangan internasional. Sementara itu, jumlah maskapai yang beroperasi mencapai 49 maskapai. Pada tahun 2020 ini diperkirakan pergerakan pesawat mencapai 587.000 pergerakan dan pergerakan penumpang menembus angka 60 juta pergerakan. ****
Posting Komentar